03. PERKEMBANGAN PENELITIAN DERMATOGLYPHICS
- Availability: In Stock
Penelitian tentang analisa sidik jari sudah dimulai sejak ratusan tahun yang lalu. Para praktisi, pakar anthropologi, pakar biologi dan kedokteran serta psikolog, telah melakukan penelitian dan pengembangan sidik jari dengan beberapa korelasinya, antara lain sebagai berikut :
-
Sejak ribuan tahun sebelum masehi sudah dikenal adanya garis papilair pada jari, hal ini terbukti dari adanya peninggalan sejarah kerajaan Ninive di Babilonia, yaitu orang Indian tentang ukiran kasar bentuk sidik jari pada goa batu di tepi danau Kejimkcijik Nova Scovia (di teluk Mexico).
-
Tahun 1685, Guard Bidloo. Menemukan bahwa sejak usia kandungan 13 minggu pola sidik jari manusia telah terbentuk dan akan lengkap di usia 24 minggu.
-
Tahun 1686, Prof. Marcello Malpighi. Melihat adanya garis-garis sidik jari bentuk whole dan loop.
-
Tahun 1823, John Evangelist Purkinji. Seorang profesor anatomi dari Universitas Bresiau, mempublikasi tesis-nya mengenai klasifikasi pola sidik jari.
-
Tahun 1892, Francis Galton. Melakukan penelitian dan menyimpulkanbahwa sidik jari adalah unik, dimana setiap orang memiliki sidik jari yang berbeda, sedangkan sidik jari bersifat tetap dan tidak pernah mengalami perubahan. Manakala terluka maka ia akan tumbuh kembali, oleh karena itu sidik jari di gunakan sebagai identitas diri.
-
Tahun 1926, Harold Cummins, Md dan C. Midlo, MD. Mempelajari dan meneliti semua aspek analisis mengenai sidik jari, dari antropologi ke genetika, dan pesrspektif embriologi. Pada tahun 1943, mempublikasikan buku “Fingerprints, Palm and Soles; yang merupakan kitab suci ilmu Dermatoglyphics.”
-
Tahun 1944, Dr. Julius Spier. Seorang psycho-Analytic Chirologist mempublikasikan “The Hand of Children”. Dia mendapatkan beberapa penemuan yang signifikan. Terutama pada are perkembangan psiko seksual dan diagnosis ketidakseimbangan dan adanya gangguan, melalui pola-pola yang ada di tangan.
-
Tahun 1968, Sarah Holt. Melakukan penelitian “The Genetics of Dermal Ridges”. Berdasarkan penelitiannya disimpulkan bahwa pola-pola dermatoglyphics di sidik jari dan di telapak tangan pada berbagai orang.
-
Tahun 1970, USSR, Former Soviet Union. Menggunakan ilmu dermatoglyphics untuk memilih kontestan yang akan mengikuti olimpiade.
-
Tahun 1974, Noel Jaquin. Pendiri Sosiety For The Study of Pysioligical Pattern, berspekulasi tentang koneksi psikologi antar pola sidik jari dengan sifat dasar bawaan lahir individu.
-
Tahun 1976, Schaumann dan Alter’s. Mempublikasikan “Dermatoglyphics In Medical Disorder”. Penelitian yang signifikan juga dilakukan untuk memahami indikasi dermatoglyphics bagi penderita jantung bawaan, leukimia, kanker dan rubella embryopathy, alzheimer dan schizophrenia, dll. Penelitian dermatoglyphics ini diarahkan melalui penelitian genetik dan diagnosis dari kromosom yang cacat atau lemah.
-
Tahun 1980, Cina melakukan penelitian di bidang Dermatoglyphics dan perspektif genetika untuk mengetahui potensi manusia, kecerdasan dan bakat.
-
Roger W. Sperry, pemenang Nobel tahun 1981, menemukan tentang “Functional Specialization Of The Cerebral Hemisphere”. Otak kanan berhubungan dengan tangan kiri dan otak kiri berhubungan dengan tangan kanan. Otak kanan dan kiri juga memiliki fungsi berbeda.
-
Rita Levi Montalcini dan Dr. Stanley Cohen, hasil penelitian itu menunjukkan, terdapat korelasi antara pola garis-garis epidermal kulit / EGF (Epidermal Growth Factor) dengan hormon sistem pertumbuhan syaraf pusat / NGF (Nerve Growth Factor). Penelitian ini meraih Nobel Prize, bidang neurologi, 1986.
-
Tahun 1985, Dr. Chen Yi Mou, Ph.D. Dari universitas Harvard melakukan penelitian Dermatoglyphics berdasarkan teori Multiple Intelligences dari Dr. Howard Gardner. Pertama kali penerapan dermatoglyphics dalam bidang pendidikan dan fisiologi otak.
-
IBMBS-INTERNASIONAL BEHAVIORAL AND MEDICAL BIOMETRICS SOCIETY, telah mempublikasikan lebih dari 7000 laporan dan tesis.
-
Tahun 1996, M. Caesarik. Analisa kuantitatif pada individu dengan kecerdasan superior (dari hasil tes WB dan WISC) menggunakan sidik jari (dermatoglyphics).
-
Tahun 2007, Genecode International Sdn Bhd. Mengenalkan tes Dermatolyphics Multiple Intelligences di Malaysia dengan tujuan untuk memberikan sumbangsih kepada dunia pendidikan di Malaysia.
-
Tahun 2008, Comecare International Pte. Ltd Singapore. Membawa tes Dermatoglyphics Multiple Intelligences ke Indonesia, membantu anak-anak dan perusahaan dengan pelatih profesional, untuk mengenal kekuatan mereka dan meningkatkan performansinya.
-
Tahun 2009, Mostaf Najafi, M.D. Departement Of Psychiatry, Shahrekord University of Medical Sciences, Shahrekord, IR Iran yang meneliti hubungan antara sidik jari dan tingkat kecerdasan pada remaja.
-
Tahun 2015, Qiimora Fingerprint, Tangerang Selatan – Indonesia, merupakan salah satu yang mempelajari dan mengembangkan metode analisa sidik jari dengan dasar penelitian melalui pola dan garis sidik jari serta pengukuran sudut ATD pada kedua telapak tangan.
Saat ini, Amerika, Jepang atau Cina dan Taiwan, telah mengaplikasikan dermatoglyphics dalam bidang pendidikan, mengharapkan untuk dapat memperbaiki kualitas pengajaran untuk mencapai efektifitas belajar dengan memahami gaya belajar.